Operator Telkomsel coba mengawinkan teknologi pita lebar Wimax dengan teknologi seluler Global Satellite for Mobile Communication (GSM) berbasis protokol Internet (IP).
VP Technology & Business Incubation Telkomsel, Yoseph Garo, beranggapan dengan penyatuan teknologi ini bisa menghemat biaya pembangunan jaringan hingga 90% jika dibandingkan menggunakan transmisi pemancar base station (BTS) biasa.
"Jika menggunakan BTS biasa dibutuhkan dana satu miliar rupiah. Sementara dengan penggabungan dua teknologi ini dana yang diperlukan tak sampai seratus juta rupiah," ujarnya di sela uji coba sinyal Telkomsel di sepanjang jalur mudik Jakarta-Lampung, Selasa hingga Rabu (17/9/2008).
Wimax yang tengah diuji coba Telkomsel, kata Yoseph, akan dipergunakan sebagai transmisi sinyal (backhaul) antara jaringan inti (core network) dengan pemancar Femto BTS point to multipoint. "Kami tak akan mengomersialkan Wimax. Sebab, kami telah memilih LTE (Long Term Evolution). Kami menggunakan teknologi Wimax ini untuk backhaul saja," ujarnya.
Telkomsel menggunakan frekuensi 5,8 GHz untuk menguji coba teknologi Wimax tersebut. Karena tak punya izin lisensi, operator ini mengklaim meminjam perangkat dan izin penggunaan frekuensi dari penyelenggara lain. Namun, sayangnya Yoseph enggan menyebut nama provider yang dimaksud.
Uji coba teknologi ini merupakan bagian dari program Telkomsel Merah Putih untuk mengembangkan jaringan hingga ke pelosok mulai dari daratan hingga lautan, sebagai bagian dari strategi operator tersebut menjadi pemimpin pasar.
Program yang menelan investasi sebesar Rp 50 miliar itu membidik 3.000 desa di seluruh Indonesia tahun ini. Saat ini Telkomsel masih menentukan desa-desa mana yang akan dilayani.
VP Technology & Business Incubation Telkomsel, Yoseph Garo, beranggapan dengan penyatuan teknologi ini bisa menghemat biaya pembangunan jaringan hingga 90% jika dibandingkan menggunakan transmisi pemancar base station (BTS) biasa.
"Jika menggunakan BTS biasa dibutuhkan dana satu miliar rupiah. Sementara dengan penggabungan dua teknologi ini dana yang diperlukan tak sampai seratus juta rupiah," ujarnya di sela uji coba sinyal Telkomsel di sepanjang jalur mudik Jakarta-Lampung, Selasa hingga Rabu (17/9/2008).
Wimax yang tengah diuji coba Telkomsel, kata Yoseph, akan dipergunakan sebagai transmisi sinyal (backhaul) antara jaringan inti (core network) dengan pemancar Femto BTS point to multipoint. "Kami tak akan mengomersialkan Wimax. Sebab, kami telah memilih LTE (Long Term Evolution). Kami menggunakan teknologi Wimax ini untuk backhaul saja," ujarnya.
Telkomsel menggunakan frekuensi 5,8 GHz untuk menguji coba teknologi Wimax tersebut. Karena tak punya izin lisensi, operator ini mengklaim meminjam perangkat dan izin penggunaan frekuensi dari penyelenggara lain. Namun, sayangnya Yoseph enggan menyebut nama provider yang dimaksud.
Uji coba teknologi ini merupakan bagian dari program Telkomsel Merah Putih untuk mengembangkan jaringan hingga ke pelosok mulai dari daratan hingga lautan, sebagai bagian dari strategi operator tersebut menjadi pemimpin pasar.
Program yang menelan investasi sebesar Rp 50 miliar itu membidik 3.000 desa di seluruh Indonesia tahun ini. Saat ini Telkomsel masih menentukan desa-desa mana yang akan dilayani.
No comments:
Post a Comment