Dirjen Postel Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar memandang Wimax hanya sekadar perangat teknologi saja untuk mengalirkan internet ke pelanggan akhir. Yang menjadi agenda utama untuk meningkatkan penetrasi internet, menurutnya, tetap skema pembangunan infrastruktur backbone internasional.
"Wimax itu hanya teknologinya saja, tetap yang kami upayakan itu penurunan tarif internet dengan mengupayakan infrastruktur backbone internasional," ujarnya di sela kesempatan acara Indonesia Berprestasi Award XL di Museum Gajah, Jakarta, Senin (19/5/2008).
Dengan terpilihnya Bakrie Telecom sebagai penyelenggara baru sambungan langsung internasional (SLI) untuk clear channel, maka artinya, Indonesia kini telah memiliki tiga operator yang memiliki backbone internasional, selain PT Telkom dan PT Indosat.
Dengan bertambahnya backbone internasional, diharapkan mampu menurunkan tarif internet secara signifikan. Sebab, kata Basuki, backbone internasional memiliki kontribusi 40% dalam struktur penarifan internet di Tanah Air.
"Saya belum menghitung berapa penurunannya jika nantinya kita bisa memenuhi kebutuhan sambungan internet internasioanl melalui backbone internasional. Tapi pastinya penurunan akan signifikan," tandasnya.
Sebelumnya, Asoasiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan biaya sambungan untuk koneksi internet internasional per 1 Mbps seharga US$ 2000. Padahal tarif yang ideal untuk backbone internasional, menurut asosiasi itu, sebesar US$ 800.
Di lain pihak, penurunan tarif internet dipastikan akan memicu peningkatan bisnis internet di Indonesia.
Presdir Indosat M2 Indar Atmanto sebelumnya memprediksi, dengan angka 2,5 juta yang terdaftar berlangganan internet saat ini saja, potensi bisnis yang bisa dihasilkan sebesar Rp 2,5 triliun.
Itu pun, kata dia, sekadar asumsi paling kecil saja dengan ARPU (rata-rata belanja pelanggan per bulan) sebesar Rp 100 ribu. Potensi bisnis internet pun bisa melonjak karena angka penggunanya saat ini bisa 10 kali lipat dari yang terdaftar atau 25 juta pengguna. ( rou / ash )
"Wimax itu hanya teknologinya saja, tetap yang kami upayakan itu penurunan tarif internet dengan mengupayakan infrastruktur backbone internasional," ujarnya di sela kesempatan acara Indonesia Berprestasi Award XL di Museum Gajah, Jakarta, Senin (19/5/2008).
Dengan terpilihnya Bakrie Telecom sebagai penyelenggara baru sambungan langsung internasional (SLI) untuk clear channel, maka artinya, Indonesia kini telah memiliki tiga operator yang memiliki backbone internasional, selain PT Telkom dan PT Indosat.
Dengan bertambahnya backbone internasional, diharapkan mampu menurunkan tarif internet secara signifikan. Sebab, kata Basuki, backbone internasional memiliki kontribusi 40% dalam struktur penarifan internet di Tanah Air.
"Saya belum menghitung berapa penurunannya jika nantinya kita bisa memenuhi kebutuhan sambungan internet internasioanl melalui backbone internasional. Tapi pastinya penurunan akan signifikan," tandasnya.
Sebelumnya, Asoasiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan biaya sambungan untuk koneksi internet internasional per 1 Mbps seharga US$ 2000. Padahal tarif yang ideal untuk backbone internasional, menurut asosiasi itu, sebesar US$ 800.
Di lain pihak, penurunan tarif internet dipastikan akan memicu peningkatan bisnis internet di Indonesia.
Presdir Indosat M2 Indar Atmanto sebelumnya memprediksi, dengan angka 2,5 juta yang terdaftar berlangganan internet saat ini saja, potensi bisnis yang bisa dihasilkan sebesar Rp 2,5 triliun.
Itu pun, kata dia, sekadar asumsi paling kecil saja dengan ARPU (rata-rata belanja pelanggan per bulan) sebesar Rp 100 ribu. Potensi bisnis internet pun bisa melonjak karena angka penggunanya saat ini bisa 10 kali lipat dari yang terdaftar atau 25 juta pengguna. ( rou / ash )
No comments:
Post a Comment